Dua Sisi Tambang: Mengejar Produksi Tanpa Melupakan Perlindungan
Keselamatan Pertambangan - Setiap perusahaan yang memakai teknologi pasti menghasilkan sesuatu. Ada yang membuat barang, mengangkut orang, memberi layanan, atau mengambil bahan mentah dari alam — seperti perusahaan tambang.
Namun, di balik semua kegiatan itu, selalu ada risiko bahaya yang bisa mengancam pekerja, alat, dan lingkungan. Karena itu, setiap organisasi, termasuk tambang, butuh perlindungan atau sistem keselamatan kerja. Tujuannya agar bahaya tidak berubah menjadi kecelakaan atau kerugian besar.
Bagian produksi biasanya mudah dipahami: menggali batu bara, mengangkut nikel, atau memecah batu.
Sedangkan bagian perlindungan lebih rumit. Perlindungan mencakup hal-hal seperti inspeksi alat, pelatihan K3, prosedur kerja aman, dan sistem darurat.
Dalam kondisi ideal, produksi dan perlindungan harus seimbang.
Semakin besar kegiatan produksi, semakin tinggi juga risikonya, sehingga perlindungan yang dibutuhkan harus lebih kuat.
Contohnya, tambang terbuka yang memakai alat berat besar butuh perlindungan lebih ketat daripada tambang kecil yang dikerjakan manual.
Jika perlindungan terlalu berlebihan, misalnya setiap pekerjaan harus melalui banyak izin yang tidak perlu, waktu produksi bisa terhambat dan biaya membengkak. Akibatnya, perusahaan bisa rugi atau bahkan bangkrut.
Sebaliknya, kalau perlindungan terlalu lemah, seperti alat pelindung diri (APD) jarang dipakai atau area berbahaya tidak diberi tanda, maka risiko kecelakaan besar meningkat. Sekali terjadi kecelakaan serius, kerugian bisa jauh lebih besar termasuk kehilangan nyawa dan reputasi perusahaan.
Jadi, tantangan utama perusahaan tambang adalah menjaga keseimbangan antara tuntutan produksi dan kebutuhan perlindungan.
Dalam kenyataan, keseimbangan ini jarang sempurna. Biasanya, produksi lebih diutamakan karena hasilnya langsung terlihat: tonase batu bara naik, target tercapai, atau keuntungan meningkat.
Sementara hasil dari perlindungan sulit diukur. Tidak ada kecelakaan sering dianggap “tidak ada masalah”, padahal bisa jadi karena keberuntungan, bukan karena sistemnya benar-benar aman.
Banyak manajer tambang memahami bahwa keselamatan itu penting. Mereka tahu produksi dan keselamatan harus berjalan bersama. Namun dalam tekanan target harian, mereka kadang terpaksa memilih: mengejar target cepat atau tetap mengikuti aturan aman.
Masalah muncul ketika pemotongan standar keselamatan ini tidak langsung menimbulkan akibat.
Misalnya, operator tidak melakukan pemeriksaan alat harian karena ingin cepat berproduksi. Kalau tidak terjadi kecelakaan, kebiasaan itu bisa dianggap “aman-aman saja”.
Padahal, lama-kelamaan, cadangan keselamatan sistem menipis, sampai akhirnya terjadi insiden serius.
Kita bisa bayangkan perjalanan sebuah perusahaan tambang.
Awalnya, mereka bekerja dengan standar keselamatan tinggi. Setelah lama tidak ada kecelakaan, pengawasan mulai longgar. Lalu terjadi kecelakaan kecil. Perusahaan pun memperkuat kembali perlindungan. Namun, setelah beberapa waktu, fokus kembali ke target produksi. Akhirnya, kecelakaan besar pun terjadi, baru kemudian sistem keselamatan diperbaiki lagi.
Siklus seperti ini sering terjadi di dunia tambang.
Karena itu, penting bagi semua pihak untuk tidak hanya memperkuat perlindungan setelah ada kecelakaan, tapi menjaganya terus, bahkan saat semuanya terlihat “aman”.
Referensi:
Dekker, S. (2011). Drift into failure: From hunting broken components to understanding complex systems. Farnham: Ashgate.
Hollnagel, E., Woods, D. D., & Leveson, N. (Eds.). (2006). Resilience engineering: Concepts and precepts. Aldershot: Ashgate.
Hopkins, A. (2000). Lessons from Longford: The Esso gas plant explosion. Sydney: CCH Australia.
International Council on Mining and Metals (ICMM). (2019). Health and safety performance indicators: Annual report. London: ICMM.
International Labour Organization (ILO). (1995). Safety and Health in Mines Convention (No. 176). Geneva: ILO.
Reason, J. (1997). Managing the risks of organizational accidents. Aldershot: Ashgate.
Posting Komentar untuk "Dua Sisi Tambang: Mengejar Produksi Tanpa Melupakan Perlindungan"