Potensi Kecelakaan Saat Dumping Lumpur dan Antisipasinya
Keselamatan Pertambangan – Kegiatan industri pertambangan memang diketahui memiliki risiko yang tinggi, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya kasus kecelakaan yang terjadi pada saat melaksanakan kegiatan penambangan. Kerugian yang dialami juga bervariasi mulai dari near miss (hampir celaka), kerusakan harta benda, cidera yang memerlukan P3K atau bahkan sampai mengakibatkan kematian pada pekerja tambang. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko telah dilakukan untuk memperkecil peluang terjadinya kecelakaan namun masih juga ada kecelakaan yang terjadi. Hal ini semakin memperkuat bahwa Industri pertambangan memang memiliki risiko yang tinggi.
Salah satu aktivitas yang memiliki risiko tinggi dalam kegiatan penambangan adalah membuang material lumpur (dumping lumpur istilah yang biasa digunakan di pertambangan). Kegiatan penambangan tentu akan mengahasilkan lumpur dari pengelolaan air tambangnya, hal ini disebabkan karena material tanah (overburden) yang berukuran kecil terbawa air larian dan terjebak di kolam pengendapan baik di tambang atau sering disebut dengan Sump ataupun di lokasi pengelolaan air atau sering disebut dengan Settling pond/sediment pond.
Agar tidak mengganggu kemajuan tambang tentu lumpur ini harus diangkut dan ditempatkan pada area pembuangan (disposal atau waste dump), biasanya ada area khusus yang diperuntukkan sebagai tempat penimbunan lumpur agar tidak mengganggu kestabilan dari disposal/waste dump. analisa geotechnical juga diperlukan agar daya dukung disposal tetap aman.
Ada beberapa potensi kecelakaan yang bisa terjadi pada area dumping lumpur di penambangan, diantaranya
1. Unit Amblas
Unit pengangkut material lumpur rentan mengalami amblas terutama unit tambang dengan kapasitas besar (>100 tom) seperti HD 785 ataupun Cat 777 ke atas. Karena material di disposal banyak material lunak terutama di area dumping lumpur maka potensi unit amblas akan sangat tinggi.
Sebagai langkah antisipasi maka perbaikan jalur atau dumping point (titik untuk menumpahkan material) harus dilakukan secara terus menerus dengan menempatkan unit grader atau dozer di area tersebut. Selain itu, sediakan Sling berukuran besar untuk digunakan sebagai alat bantu tarik pada saat unit truk amblas.
2. Unit Rebah/Terguling
Selain amblas, potensi unit truk terguling juga besar. Bisa jadi saat amblas pun dapat menjadi rebah ketika tidak tertangani dengan benar.
Material lumpur yang pekat atau liat biasanya akan menempel di bak atau vessel unit, ini akan sulit untuk ditumpahkan sehingga pada saat vessel telah diangkat akan mengakibatkan ketidakseimbangan pada unit karena masih ada material yang menempel di bak/vessel.
Selain karena material yang menempel, unit rebah juga bisa disebabkan karena kecepatan unit yang tinggi pada saat manuver di area dumping.
Sebagai langkah antisipasi dap[at dilakukan pengerukan dengan excavator untuk meminimalkan material yang menempel di vessel. Proses ini dilakukan sebelum vessel diisi material lumpur. Atau bisa juga dilakukan pencampuran material dengan material yang tidak lunak.
Antisipasi lainnya adalah dengan menentukan kecepatan maksimal pada area dumping, tentu edukasi kepada operator memegang pernanan yang tidak kalah penting.
3. Unit terperosok ke Kolam Lumpur
Jenis kecelakaan ini sering sekali terjadi dimana truck pengangkur material terperosok ke dalam kolam lumpur, hal ini bisa disebebkan karena operator yang memposisikan unitnya terlalu ke pinggir kolam dumpingan sehingga melewati tanggul pengaman disposal (windrow) atau bisa juga karena bibir kolam yang mengalami longsor sehingga unit terbawa masuk ke kolam. Potensi pada kejadian ini bisa sampai fatal jika tidak tertangani dengan baik atau jika kolamnya dalam.
sebagai langkah antisipasi dapat diberi tanda batas akhir unit berhenti, bisa menggunakan tiang yang diberi bendera dengan reflektif. Patok ini sebagai acuan operator agar berhenti ketika patok tersebut lurus atau sejajar dengan posisinya di kabin. Selain itu, perbaikan windrow juga harus terus dilakukan agar dapat menghentikan unit jika terlalu mundur. Pemeriksaan oleh pengawas juga harus terus dilakukan secara berkala untuk melihat potensi adanya rekatan pada bibir disposal lumpur.
langkah antisipasi lainnya adalah melakukan rekayasa titik dumping agar unit tidak langsung menumpahkan material lumpur ke bibir kolam, misal dengan membuat pocket atau kolam kecil sehingga unit truk tidak langsung dumping ke disposal lumpur melainkan ke pocket atau kolam kecil tersebut. kemudian dari kolam kecil tersebut lumpur akan meluncur ke kolam besar atau disposal lumpurnya.
4. Pengawas atau pekerja tambang terperosok
Kecelakaan ini juga sering terjadi di disposal lumpur dimana pekerja (pengawas atau dump man) terperosok masul ke kolam lumpur, biasanya ini terjadi karena adanya longsoran tebing disposal.
Sebagai antisipasi maka perlu melakukan identifikasi secara berkala untuk melihat potensi retakan, dan juga perlu menjaga jarak dari bibir (crest) disposal.
Demikian potensi kecelakaan di tambang yang bisa terjadi di area dipsosal lumpur dan juga cara mengantisipasinya, tentu perlu penguatan dalam identifiaksi bahaya dan pengendalian risiko sehingga potensi-potensi ini bisa dikendalikan sedini meungkin sebelum sampai mengakibatkan kecelakaan.
Post a Comment for "Potensi Kecelakaan Saat Dumping Lumpur dan Antisipasinya"